Jumat, 20 Februari 2015

Aplikasi Open-Source Telkom Permudah Penyandang Cacat


BANDUNG - Lembaga penelitian dan pengembangan Telkom telah mengembangan sebuah prototipe layanan kepada masyarakat dengan keterbatasan fisik dalam menjalani berbagai aplikasi komputer secara lebih mudah.

         Prototipe ini dikembangan RnD Telkom bersama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Advance Telecommunication Research (ATR) Jepang dan Asia Pacific Telecommunication (APT). Beberapa siswa-siswi dari Yayasan Sekolah Luar Biasa (SLB) Cicendo dan Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) Bandung telah mencoba dan menggunakan aplikasi tersebut secara langsung di kantor RnD Telkom di Bandung, Jumat (18/7/2008).

         "Gagasan menciptakan teknologi yang ditujukan untuk kalangan khusus tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa kehadiran teknologi informasi (TI) kini semakin nyata memberikan manfaat yang besar kepada umat manusia. Manfaat tersebut tentu saja diharapkan dapat membuat kualitas hidup dan kehidupan manusia menjadi lebih baik. Namun, bagi saudara kita yang memiliki keterbatasan dalam menggunakan tombol-tombol keyboard dan menggerakkan mouse komputer, seperti penderita lumpuh badan, stroke dan penyandang tuna daksa, manfaat tersebut masih belum dirasakan maksimal," ujar Vice President Public and Marketing Communication Telkom, Eddy Kurnia.
Lalu ditambahkan oleh Senior General Manager Telkom RnD Center Mustapa Wangsaatmadja bahwa
 dengan Aplikasi IGOS Linux Voice Command, pengguna cukup memerintahkan komputer dengan suaranya untuk menjalankan komputer, seperti mematikan, menyalakan, dan menjalankan perintah-perintah yang ingin dioperasikan di layar komputernya melalui headset microphone yang dikenakannya.

         Aplikasi ini sangat mudah dioperasikan, jelas Mustapa, karena hanya dengan menyerukan perintah melalui suara maka terbukalah jendela dokumen pengolah kata. Demikian pula jika diperintah untuk berpindah-pindah aplikasi, menutup dokumen, membuka internet, menjalankan musik, membuka film, menggunakan aplikasi email dan lain-lain. Selain itu, perintah yang dipakai sudah disesuaikan kebutuhan masyarakat karena menggunakan bahasa Indonesia.
Aplikasi dengan nama IGOS Linux Voice Command dikembangkan dalam lima tahap. Tahap pertama berupa data preparation yang membutuhkan data suara untuk melatih sistem. Data suara terdiri dari 50 pria dan 50 wanita dengan masing-masing mengucapkan 367 kalimat. Total kata yang digunakan adalah 351. Data suara kemudian divalidasi dan diverifikasi untuk mendapatkan ketepatan, kecepatan dan kekuatan pelafalan serta transkripsinya.

        Kemudian terdapat Acoustic Model, yaitu data suara yang diproses untuk menghasilkan model akustik bahasa Indonesia. Pendekatan segmentasi dan pelabelan otomatis dilakukan karena data suara tidak memiliki label. Selanjutnya tahap Language Model dimana Tata bahasa (language model) dalam domain perintah komputer harus dibuat agar sistem mempunyai acuan dalam mengenali input suara. Tata bahasa yang digunakan berbasis Deterministik Finite Automata (DFA).

        Tahap terakhir adalah Decoding dan Analisys dan Interprocess Communication. Decoding dilakukan untuk mengetahui akurasi sistem. Hasil decoding kemudian dianalisis akurasinya dalam mengenali kata maupun kalimat yang diinputkan. Sedangkan Interprocess Communication dihasilkan untuk menjembatani sistem pengenal wicara dengan lapisan aplikasi di lingkungan Gnome dan Linux agar dapat dikendalikan dengan suara.

       "Saat ini sudah lebih dari 360 kata perintah (command) yang disiapkan, namun aplikasi ini masih dirasakan perlu untuk terus disempurnakan," terang Mustapa. Dengan pemanfaatan Linux sebagai platform sistem operasi, Telkom optimis aplikasi tersebut dapat menarik minat komunitas open source di Indonesia untuk terus menyempurnakan pengembangan aplikasi ini ke depan.
Ia menambahkan, bahwa proyek IGOS Linux Voice Command ini merupakan tanggung jawab sosial Telkom, khususnya Telkom R&D Center, karenanya pihaknya sama sekali tidak
 memikirkan untuk nantinya menjual ataupun mengkomersialkan hasil riset tersebut meskipun sebetulnya pasarnya cukup menjanjikan.

         Bagi pengguna yang ingin memanfaatkan software ini, tidak perlu komputer dengan spesifikasi teknis yang tinggi. Cukup melakukan instalasi sederhana pada Sistem Operasi Linux (IGOS, uBuntu, dan sebagainya) dan dilengkapi dengan microphone yang dapat bekerja dengan baik. 


Sumber : http://techno.okezone.com/read/2008/07/18/54/128921/aplikasi-komputer-berbasis-open-source-permudah-penyandang-cacat

0 komentar:

Posting Komentar